Eli Saleh, Kades Dowora: Dari Pelayan Rakyat Jadi Penjarah Dana Desa.

Eli Saleh, Kades Dowora: Dari Pelayan Rakyat Jadi Penjarah Dana Desa.

Sabtu, 12 April 2025, April 12, 2025
OPEN REKRUTMEN PARALEGAL!


Oleh: [Kandi muhlis]
Halsel.Peristiwa24.id Eli Saleh. Nama yang dulu dijunjung sebagai harapan, kini jadi kutukan bagi warga desa Dowora. Di balik senyumnya yang seolah peduli, tersembunyi niat busuk: menjual amanah rakyat demi isi kantong pribadi. Ia bukan lagi pemimpin—ia pengkhianat dengan topeng legalitas 12/4/2025.

Sementara rakyat masih berjuang mendapatkan air bersih, jalanan penuh lubang, dan anak muda terjebak dalam pengangguran, Eli Saleh malah sibuk menghitung lembar demi lembar uang hasil korupsi. Dana desa—yang bersumber dari keringat petani, nelayan, dan rakyat kecil—ditilep tanpa malu, seolah warisan keluarganya. Jijik.


Ini bukan sekadar dugaan. Ini adalah gambaran nyata betapa rendahnya moral seorang pejabat desa yang menjual kepercayaan demi kenikmatan sesaat. Jabatan kepala desa, yang seharusnya menjadi ladang pengabdian, dijadikan ladang rampokan. Dan Eli Saleh, adalah bukti nyata betapa kekuasaan bisa membusukkan nurani.


Yang lebih menjijikkan? Diamnya pengawas dan aparat. Pemerintah daerah, inspektorat, hingga aparat penegak hukum—ke mana kalian? Atau jangan-jangan, ikut menikmati ‘cipratan’ hasil kejahatan? Jika iya, maka pembusukan ini bukan hanya di permukaan—ini sudah keropos sampai ke akar.


Warga desa Dowora harus membuka mata. Jangan biarkan tikus berdasi seperti Eli Saleh terus menggerogoti desa ini. Jangan takut bersuara, jangan takut melawan. Diam adalah bentuk persetujuan terhadap kejahatan. Dan bagi aparat: cukup sudah main mata. Tangkap Eli Saleh. Bongkar jejaringnya. Penjarakan, tanpa belas kasihan.


Korupsi di desa bukan sekadar pelanggaran hukum—ini pembunuhan masa depan secara perlahan. Eli Saleh telah menginjak-injak harga diri jabatannya. Maka, ia layak mendapat ganjaran yang setimpal: bukan hanya dicopot, tapi diseret ke meja hijau dan dihukum seberat-beratnya.


Karena bagi rakyat desa Dowora, keadilan bukan lagi tuntutan—itu harga mati.

TerPopuler